Selasa, 11 Mei 2010

Benci Tanpa Dendam

Salam Ukhuwah

Dalam Kitab Wafyat al-A’yan, karya al-Shafadi, terselip cerita tentang perseturuan dingin antara Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin. Keduanya tidak mau saling menyapa. Setiap kali mendengar orang lain menyebut nama Ibnu Sirin, Hasan Al-Bashri merasa tidak suka. “Jangan sebut nama orang yang berjalan dengan lagak sombong itu dihadapanku,” katanya.
Demikian pula sebaliknya, jika orang lain menyebut nama Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin menanggapi dingin. “Berhentilah kalian menyebut-nyebut nama orang yang berjalan berlagak sombong itu dihadapanku,” katanya.

Pada suatu malam, Hasan Al-Bashri bermimpi seolah-olah ia tengah telanjang (maaf) dikandang binatang sambil membuat sebatang tongkat. Pagi hari ketika ia bangun, ia merasa binggung dengan mimpinya itu. Tiba-tiba ia ingat bahwa Ibnu Sirin yang kurang ia sukai adalah orang yang pandai menafsirkan mimpi.

Karena merasa malu bertemu sendiri, ia lalu meminta tolong seorang teman dekatnya. “Temui Ibnu Sirin, lalu ceritakan mimpiku ini seakan-akan kamu sendiri yang mengalaminya,” pesannya meminta tolong.
Teman Hasan Al-Bashri pun segera menemui Ibnu Sirin. Begitu selesai menceritakan isi mimpi tersebut, Ibnu Sirin berkata, “Bilang kepada orang yang mengalami mimpi ini, jangan menanyakannya kepada orang yang berjalan dengan berlagak sombong. Kalau berani suruh ia dating sendiri kemari.”

Mendengar laporan temannya, Hasan Al-Bashri kesal. Ia binggung, dan merasa malu. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Ia memutuskan bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. Ia tidak peduli dengan rasa malu atau gengsi. “Antarkan aku kesana”, katanya.

Begitu melihat kedatangan Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin menyambutnya dengan baik. Keduanya saling mengucap salam dan berjabat tangan, masing-masing lalu mengambil tempat duduk yang agak berjauhan.
“Sudahlah, kita tidak usah berbasa-basi. Langsung saja, aku bingung memikirkan dan menafsirkan sebuah mimpi.” Kata Hasan Al-Bashri.
“Jangan bingung”, kata Ibnu Sirin. “telanjang dalam mimpimu itu adalah ketelanjangan dunia. Artinya engkau sama sekali tidak bergantung padanya karena engkau memang orang yang zuhud. Kandang binatang adlah lambing dunia yang fana itu sendiri. Engkau telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sebatang tongkat yang engkau buat itu adalah lambing hikmah yang anda katakana, dan mendatangkan manfaat bagi orang banyak.”

Sesaat Hasan Al-Bashri terkesima. Ia kagum pada kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli tafsir mimpi, dan percaya sekali pada penjelasannya. “tetapi bagaimana engkau tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu?” Tanya Hasan Al-Bashri.

“Ketika temanmu menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berpikir, menurutku, hanya engkau yang layak mengalaminya.” Jawab Ibnu Sirin
Lantas, pelajaran apa yang dapat dipetik dari kisah ini ? Jawabnya seperti sabda Rasulullah SAW., “Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika. Dan bencilah orang yang engkau benci dengn sederhana, boleh jadi engkau akan mengasihinya pada suatu ketika.” (HR At-Turmuzi).

Hadits ini mengingatkan kita, bahwa kalau kita mencintai seseorang jangan berlebihan, demikian sebaliknya, jika kita membenci seseorang janganlah berlebihan. Allah SWT., berfirman: “…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (Q.S. Al-Maidah, 5:8). Wallahulmusta’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar